Jumat, 10 Juni 2016

Mau Dibawa Kemana Guru Indonesia? - AGC Guru Honorer

Daripada tidur di siang hari, kali ini saya coba posting dengan judul "mau dibawah kemana guru Indonesia?". Beberapa hari ini saya melihat beberapa berita di media sosial tentang berbagai macam krisis di dunia pendidikan khususnya yang melibatkan peran dan fungsi guru. Saya tergelitik untuk menulis opini inikarena saya pun seorang guru. Guru adalah sebuah profesi yang begitu berat amanahnya jika tidak dilaksanakan sebaik mungkin.Tugas guru adalah "mencoba" sekuat tenaga merubah karakter anak mulai dari yang tadinya malas menjadi rajin, yang kurang pandai menjadi agak atau pandai, yang berandal menjadi sholeh dan sholehah dan lainnya.

Ada beberapa berita yang menurut saya mencederai hakikat tugas dan fungsi guru. Pertama adalah kalau tidak salah kasus guru yang dicukur balik orangtua murid karena menghukum anaknya, kemudian ada guru yang dipenjara karena mencubit siswanya, dan yang terakhir ada kepala sekolah yang ditampar balik orang tua siswa karena menampar anaknya. Hal seperti ini menandakan lemahnya fungsi guru sebagai "agent of change" di masyarakat. Saat ini seolah-olah guru itu adalah dewa yang harus dengan ajaib merubah siswanya jadi pandai, nilai bagus, lulus SMPTN, pintar semua mapel dan lainnya. Pandangan orang tua Indonesia jaman sekarang saya rasa harus diluruskan. 

Saya ingat dahulu ketika kecil, saat saya melakukan kesalahan di sekolah maka guru akan menghukum saya, ada yang mencukur, mencubit, lari hingga menampar jika memang kasusnya berat. Dan saya pun memang menerima hukuman itu karena saya salah. Saat pulang ke rumah pun orang tua malah tambah ngomel karena mengapa saya berbuat salah di sekolah, tidak dengan datang ke sekolah menghakimi guru seolah-olah dia yang paling benar. Menurut saya aturan hukuman fisik boleh-boleh saja selama masih batas kewajaran toh guru yang baik pasti tahu batasan mana yang kira-kira bisa membuat anak terluka. Coba kamu lihat, prajurit TNI yang melakukan kesalahan ketika latihan, pasti akan ditampar atau disuruh lari bawa karung beras oleh komandan dan prajurit tidak merasa kesal dan ia menyadari akan kesalahannya. Apakah ada prajurit yang mati karena ulah komandannya?tidak, mereka malah semakin kuat dan solid di lapangan. Jadi itulah mengapa pendidikan kita sekarang sudah masuk jaman "lebay". Cubit dikit masuk penjara, nilai jelek bilang ayah ibu suruh ganti ke sekolah.

Saya juga ingat sebuah spanduk yang dituliskan siswa yang protes karena gagal SNMPTn di salah satu sekolah, bunyinya begini kira-kira kalau masih ingat "3 tahun kami mengejar nilai , kesininya lupa lagi, pokonya intinya JADI GAGAL KARENA BAPAK". Mindset anak-anak tersebut saat sekolah "mengejar nilai", padahal harusnya mengejar ilmu, bukan?. Persoalan ada human eror dibalik kegagalan itu ya silahkan usut sendiri, tapi saya fokus pada apa yang anak-anak tulis dalam spanduknya. Jangan-jangan semua anak Indonesia kini lebih mementingkan nilai "angka" daripada ilmu itu sendiri, dan dengan sistem yang masih kaku maka berbagai kecurangan pasti akan terus terjadi karena yang dikejar adalah angka bukan ilmu. 

Saya juga sedikit lucu melihat ketika ujian nasional saja, berkas UN harus dijaga aparat bersenjata seperti mengawal teroris. Mungkin fenomena ini cuma satu-satunya di dunia. Artinya UN masih menjadi sumber ketakutan, gagal UN berarti masa depan hancur. Itulah sekelumit dunia pendidikan kita saat ini. Memang semua perangkat harus berbenah mulai dari pemerintah, guru, siswa dan orang tua siswa itu sendiri. Ada baiknya sebelum siswa belajar di sekolah, guru dan ortu siswa dikumpulkan untuk menyatukan persepsi dan membuat kontrak belajar. Saat orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah maka ia harus yakin dan menyetujui aturan yang diberlakukan, jangan sampai cubit dikit masuk penjara. Emangnya cubit orang atau cukur rambut anak bisa bikin mati anak?, engga juga kan?. 

Mendidik itu harus dengan kasih sayang, jangan pakai kekerasan. Iya betul, pastinya semua guru juga paham akan hal itu, menghukum pun karena mereka sayang. Dimana-mana kalau ada pelanggaran pasti ada hukuman. Kecuali kalau sudah ada "oknum" guru yang misal berbuat asusila, atau lainnya memang itu harus ditindak. Jadi guru harus diberi kebebasan wewenang untuk menjalankan tugasnya di sekolah tanpa ada ketakutan apapun. Kalau berita seperti waktu lalu masih terulang maka guru saat ini adalah profesi yang lemah dan tidak tangguh dalam mendidik anak didiknya. Selamat berpuasa.

Kamis, 09 Juni 2016

Ciri-Ciri Hutan Hujan Tropis - AGC Guru Honorer

Kali ini saya akan berikan penjelasan tentang ciri-ciri umum dari hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis merupakan salah satu bioma yang terdapat di sekitar lintang tropik antara 23,5 LU - 23,5 LS. Hutan hujan tropis (rainforest) merupakan ekosistem yang unik dan memiliki biodiversitas tertinggi. Vegetasi pada hutan hujan tropis tidak pernah menggugurkan daun dan kondisinya sangat bervariasi seperti ada yang sedang berbunga, ada yang sedang berbuah, ada yang dalam perkecambahan atau berada dalam tingkatan kehidupan sesuai dengan sifat atau kelakukan masing-masing jenis vegetasi tersebut. Hutan tropis memiliki vegetasi yang khas daerah tropis basah dan menutupi semua permukaan daratan yang memiliki iklim panas, curah hujan cukup banyak serta terbagi merata.
https://www.skyrail.com.au/files/photos/0/32-photo-
382a2ed9922fbe7292f0be09521eac0e.jpg
Pohon-pohon dari hutan hujan sangat beranekaragam dengan tinggi rata-rata 46-55 m dan kadangkala sebagai individu dapat mencapai 100 m dengan bentuk pohon pada umumnya ramping. Tinggi pohon tidak sama seringkali terdapat 3 lapis pohon-pohon tapi kadang hanya dua lapis. Vegetasi di bawah hutan hujan tropis terdiri dari semak, terna dan sejumlah anakan serta kecambah-kecambahan dari pohon. Disamping itu hutan hujan memiliki tanaman memanjat dari berbagai bentuk dan ukuran serta epifit yang tumbuh pada batang dan daun. Hutan hujan tropis sangat berstratifikasi, secara garis besar membentuk 3 lapisan yaitu:
1. Pohon-pohon yang menjulang tinggi
2. Lapisan tajuk yang membentuk lapisan permadani hijau yang berkesinambungan dengan ketinggian 80-100 kaki.
3. Lapisan tumbuhan bawah

Dalam masyarakat, hutan hujan dikenal adanya kelas-kelas atau golongan ekologis yang disebut dengan synusia. Synusia adalah golongan tumbuh-tumbuhan yang memiliki life-form serupa, menduduki niche yang sama dan memainkan peranan yang serupa dalam komunitasnya. Atau dikatakan pula bahwa synusia adalah sekelompok tumbuhan yang memiliki tuntutan yang serupa pada habitat yang serupa. Untuk jelasnya lihat penjelasan di bawah ini:
1. Tumbuhan-tumbuhan autotrof (berklorofil)
1)Tumbuh-tumbuhan yang secara mekanisme beridiri sendiri, disusun dalam beberapa strata yaitu: pepohonan, perdu dan terna. Pembagian strata ada lima yaitu stratum A terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 30-42 m. Stratum B terdiri dari pepohonan dengan ketinggian sekitar 20-27 m. Stratum C terdiri dari pepohonan dengan ketinggian sekitar 8-14 m. Stratum D terutama terdiri dari jenis berkayu namun lebih banyak tergolong terna dan sering disebut stratum semak. Stratum E adalah tanah yang terdiri atas terna-terna atau kecambah pepohonan. 
2). Tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat berdiri sendiri yaitu:
a. tumbuhan memanjat
b. tumbuhan encekik (strangler)
c. Epifit dan semi parasit
2. Tumbuhan heterotrof (tanpa klorofil) yaitu saprofit dan parasit. Hutan hujan tropis secara garis besar dibagi menjadi hutan dataran rendah, submontane forest, montane forest, subalpine forest dan alpine forest. Untuk penjelasan jenis-jenis hutan hujan tersebut akan dibahas pada postingan selanjutnya. Baca juga: Jenis-Jenis Bioma di Bumi

Perbedaan Ekosistem Terumbu Karang dan Bakau - AGC Guru Honorer

Terumbu karang dan bakau atau mangrove merupakan dua komunitas laut dangkal yang sangat menarik dan khas di perairan tipe tropis dan subtropis yang sangat berperan dalam pembentukkan pulau dan perluasan pantai. Pada postingan kali ini akan dijelaskan mengenai perbedaan antara ekosistem terumbu karang dan ekosistem bakau atau mangrove. Kedua jenis komunitas ini membutuhkan laut yang tenang. Terumbu karang membutuhkan laut yang tenang dan bening sehingga dapat diterobos oleh sinar matahari sedangkan mangrove membutuhkan laut yang tenang dan berlumpur.

Terumbu Karang
Terumbu karang adalah ekosistem lengkap dengan struktur tropik, yang tersebar di perairan dangkal. Pada terumbu karang terdapat produsen pertama yang sangat banyak yaitu berupa ganggang. Ganggang ini melakukan proses fotosintesa dengan cepat dimana hasil fotosintesa ini digunakan sebagai sumber energi bagi binatang karang. Sebaliknya ganggang memperoleh nutrien dari binatang karang misalnya dalam bentuk kotoran. Begitulah seterusnya terjadi siklus mineral pada ekosistem terumbu karang. Disini dapat dijumpai hubungan kerja sama yang sangat baik antara hewan dengan vegetasi di dalam kolom karang. Sejenis gangang yang disebut zooxanthalae hidup dalam jaringan polip karang (endozoic) sementara lainnya hidup di sekitar atau di bawah dan di sisi kerangka karang.
Terumbu dibangun dari kalsium karbonat oleh binatang karang (pylum coelenterata). Peranan oksigen yang dikeluarkan oleh proses fotosintesa ganggang sangat membantu dalam pembentukkan karang. Pembentukkan karang tersebut akan meningkatkan 10 kali lipat di tempat terang dibanding dengan tempat gelap. Begitu pula bila ganggang endozoic dipisahkan dari karang maka pembentukkan kerangka karang itupun menjadi lambat. Jadi sesungguhnya terumbu karang adalah terumbu karang-ganggang. Produktivitas terumbu karang sangat tinggi, rasio P/R mendekati angka 1. Ini menunjukkan bahwa terumbu karang secara keseluruhan mendekati klimaks metabolik.
http://papre.com/wp-content/uploads/coral-reefs-are-hosed-660.jpg
Jenis Gangang yang berperan
1. Ganggang endozoic, tergolong dinoflagellata termasuk genus baru yang disebut symbiodinium. Ganggang ini terdapat di dalam endodern polip binatang karang.
2. Ganggang filamen yang kaya klorofil. Ganggang ini memebrikan warna yang kehijau-hijauan pada masa karang yang hidup. Ganggang ini terjaring ke dalam kerangka karang hidup.
3. Ganggang kerangka (skeletal algae) termasuk anggota chlorophyta (ganggang hijau).

Untuk melindungi dirinya, binatang karang mengeluarkan banyak lendir. Lendir ini akan mengikat bahan organik sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang merupakan sumber makanan yang banyak mengandung gizi bagi konsumen lainnya.
Keistimewaan dari terumbu karang adalah dalam hal siklus mineral yang efisien. Di situ terdapat kerja sama yang sangat baik antara tumbuhan (ganggang) dan binatang karang. Yang perlu diteladani dalam pemanfaatan sumber daya yang semakin langka untuk memenuhi kebutuhan dunia. Tetapi kegiatan manusia juga saat ini banyak mengganggu habitat terumbu karang selain dengan meningkatnya jumlah predatornya yaitu mahkota duri dan acanthaster planci.

Mangrove
Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai atau komunitas bahari dangkal yang sangat menarik. yang banyak terdapat di perairan tropik dan subtropik. Penelitian mengenai hutan mangrove ini lebih banyak dilakukan daripada ekosistem  pantai lainnya. Mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya karena memiliki vegetasi yang agak seragam serta memiliki tajuk yang rata tidak, tidak memiliki lapisan tajuk dengan bentukkan yang khas dan selalu hijau. 
Mangrove menyukai lingkungan yang agak ekstrim yaitu membutuhkan air asin, berlumpur dan selalu tergenang yaitu daerah yang berada dalam jangkauan pasang surut seperti di daerah delta, muara sungai atau sungai pasang berlumpur. Sementara di pantai berpasir atau berbatu ataupun karang berpasir, tumbuhnya tidak akan baik. Begitu pula arus yang kuat, misalnya karena sering dilewati manusia dengan kapal motor akan dapat menghancurkan habitat ini.
https://i.ytimg.com/vi/ucgYOMS7Kro/maxresdefault.jpg
Pohon-pohon mangrove adalah tipe halofit artinya bahwa mangrove ini tahan dengan tanah yang mengandung garam dan genangan air laut. Ada juga mangrove yang hidup di daerah yang lebih tinggi sehingga akan mengalami masa tanpa genangan di air laut yang panjang. Namun beberapa magnrove dapat dijumpai di tepi sungai sekitar 100 km dari laut walau pada permukaan air di mana pohon itu tumbuh adalah air tawar terapi pada dasar sungai terdapat seiris air asin.
Biji buah mangrove telah berkecambah sewaktu masih pohonnya dan jika jatuh ke air lalu mengapung dan kemudian akan melekat di dasar perairan dangkal dengan akar-akarnya yang sudah mulai berkembang. Dikatakan bahwa disaat akar mangrove mulai melekat, pada saat ini adalah awal dari proses pembentukkan pulau baru, begitu pula saat air laut surut, dasar laut akan muncul dan pada situasi ini pioner mangrove berkesempatan untuk tumbuh.
Akar dari pohon mangrove yang berbentuk cakram yang dapat menahan arus pasang surut mengendapkan lumpur dan merupakan lokasi baik bagi anak udang atau ikan mencari makanan sambil berlindung dari kejaran predator. Sejumlah pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang istimewa, seperti jenis Rizophora memiliki akar jangkar yang panjang untuk mencegah tumbunya semaian di dekatnya. Adapula yang memiliki akar napas berbentuk pasak dari jenis Sonneratia dan Avicennia serta adanya akar napas berbentuk lutut dari jenis Bruquiera untuk memberikan kesempatan bagi oksigen untuk masuk ke dalam sistem perakaran.

Zonasi hutan bakau
Menurut frekuensi airnya, hutan mangrove dapat dibagi menjadi 5 zona yang ditumbuhi tipe-tipe vegetasi yang berlainan yaitu:
1. Paling terdekat dengan laut yang didominasi oleh Avicennia dan Sonneratia.
2. Hutan pada substrat yang lebih tinggi yang didominasi oleh Brugueira cylindrica. Hutan ini tumbuh pada tanah liat yang cukup keras dan dicapai oleh beberapa air pasang saja.
3. Lebih jauh dari pantai, yang didominasi oleh Rizophora.
4. Hutan bakau yang didominasi oleh Bruquiera parviflora.
5. Hutan mangrove yang didominasi  Bruquiera gymnorrhiza.

Menurut Saenger et al, memiliki 3 macam fungsi yaitu fungsi fisik, fungsi biologik dan fungsi ekonomi
Fungsi fisik hutan bakau:
1. Menjaga garis pantai tetap stabil
2. Mempercepat perluasan lahan
3. Melindungi pantai dan tebing sungai

Fungsi biologik hutan bakau:
1. Lokasi benih ikan, udang, kerang-kerangan dari lepas pantai.
2. Tempat bersarang burung-burung besar.
3. Sebagai habitat alami bagi banyak jenis biota.

Fungsi ekonomi hutan bakau:
Sebagai lahan untuk tambak, pembuatan garam dan sarana rekreasi.

http://www.questionyourshrimp.com/wp-content
/uploads/2015/02/Slide-2-About-Mangroves1.jpg
Hutan bakau mangrove tidak sama dengan hutan tropis. Begitu pula hutan bakau ini termasuk miskin jenis dan jenis mangrove tidak akan dijumpai pada hutan hujan. Pada keadaan optimal, sepintas lalu hutan mangrove ini akan mirip dengan hutan tropis basah.
Perbedaan hutan mangrove dengan hutan hujan adalah dalam hal berikut:
1. Habitat: mangrove terbatas pada daerah pantai berlumpur, sungai pasang berlumpur, delta dan lainnya.
2. Komposisi: mangrove miskin diversitas serta anggotanya tidak pernah ditemukan di hutan hujan.
3. Struktur: mangrove tidak memiliki lapisan tajuk.
4. Fisiognomi: mangrove terlihat hampir seragam dan memiliki bentukkan khas.

Animasi Siklus Batuan - AGC Guru Honorer

Batuan di bumi ini beranekaragam dan tersebar mulai dari pegunungan hingga lautan. Pada prinsip berdasarkan genesa atau urutan proses pembentukannya, batuan terbagai menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Semua jenis batuan tersebut berasal dari satu bahan yaitu magma yang ada di dalam bumi dan dimuntahkan oleh erupsi gunung api. Perbedaan batuan yang tersingkap disebabkan oleh pengaruh lingkungan disekitar magma itu sendiri ketika sedang melakukan perjalanan menuju permukaan bumi. Bagi yang ingin memahami lebih jelas tentang urutan proses siklus batuan tersebut, silahkan gunakan animasi di bawah ini. Sumber: disini disini

Rabu, 08 Juni 2016

Klasifikasi Ras Manusia - AGC Guru Honorer

Mengklasifikasikan berbagai jenis ras manusia memang banyak mengundang kesalahpahaman dari dulu. Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam lingkungan alam yang bervariasi di dunia dan dapat digolongkan berdasarkan ciri fisik mereka yang tampak seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut,bentuk muka dan lainnya sehingga muncullah definisi"ras" atau kelompok manusia yang secara umum memiliki ciri-ciri tubuh tertentu.
http://apjjf.org/data/3500Tonkari11.jpg
Masalah mengenai cara mengklasifikasikan beragam ras manusia sejak lama menjadi pusat perhatian para antropolog. Ciri-ciri lahir berupa ciri morfologi yang sesungguhnya merupakan ciri-ciri fenotip yang terdiri dari (1) ciri kualitatif (warna kulit, bentuk muka, warna rambut dan lainnya) serta (2) ciri kuantitatif (berat dan ukuran badan, index cephalicus dan lainnya). Untuk mengukur ciri kuantitatif telah dikembangkan metode antropomentri yang senantiasa terus dipertajam. Metode klasifikasi ras manusia yang hanya berdasarkan morfologi ini kemudian ternyata kurang memuaskan karena ciri-ciri yang dimiliki para individu dalam kelompok manusia sangat kompleks.
Denagan begitu, klasifikasi yang hanya berdasarkan morfologi mulai ditinggalkan dan mulailah para ahli melakukan klasifikasi ras berdasarkan persamaan dan perbedaan ras dan percabangannya yang dinamakan metode filogenetik. Untuk melakukan klasifikasi ini diperlukan pengethuan mengenai ciri-ciri genotipe yaitu ciri-ciri pada gen yang tidak mudah diubah oleh berbagai proses mutasi, seleksi dan lainnya seperti misalnya gen untuk golongan darah A,B,C; gen untuk tipe darah MN; gen untuk mencium bau zat phenylthiocarbomide; dan lainnya. 
Dengan begitu telah berkembang metode klasifikasi berdasarkan frekuensi golongan darah. Kemudian diketahui bahwa ada wilayah-wilayah yang penduduknya memiliki satu golongan darah yang sama. Walaupun demikian dalam satu keluarga inti pun ada kemungkinan memiliki golongan darah yang berbeda. Namun di satu wilayah tertentu di muka bumi senantiasa akan nampak adanya suatu frekuensi tertentu dari jenis golongan darah yang sama. Walaupun dalam masyarakat orang Sunda terdapat semua tipe golongan darah, contohnya konon ada persentase yang tinggi (51%) yang berdarah O. Demikian pula suatu penelitian yang pernah dilakukan pada penduduk Tokyo (30.000 individu), ada suatu frekuensi tinggi orang  yang berdarah A dan B. Maka bila wilayah-wilayah dengan persentase-persentase golongan darah yang sama dihubungkan dengan garis-garis diatas sebuah peta (isogenes) mungkin kita akan memeroleh gambaran dari bangsa-bangsa yang dahulu berasal dari satu nenek moyang. Meski masih banyak kekurangan namun metode ini mulai banyak dipakai oleh ahli antropologi.
Berikut ini adalah sebuah klasifikasi ras manusia yang dibuat oleh A.L Kroeber yang jelas menggambarkan garis besar penggolongan ras-ras penting di dunia dan hubungannya satu sama lain dan hingga kini masih menjadi acuan bagi masyarakat.

1. Australoid
Penduduk asli Australia (bukan pendatang uklit putih)
2. Mongoloid
- Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Tengah dan Timur)
- Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Taiwan)
- American Mongoloid (Penduduk asli Amerika Utara dan Selatan yaitu orang Eskimo di Amerika Utara hingga penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan)
3. Kaukasoid
- Nordic (Eropa Utara dan Laut Baltik)
- Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
- Mediterranean (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
- Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
4. Negroid
- African negroid (benua Afrika)
- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
- Melanesian (Irian, Melanesia)
5. Ras-ras khusus (tidak dapat digolongkan ke dalam 4 ras pokok)
- Bushman (penduduk daerah Gurun Kalahari, Afsel)
- Veddoid (penduduk pedalaman Sri Langka dan Sulawesi Selatan)
- Polynesian (penduduk Mikronesia dan Polynesia)
- Ainu (penduduk pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang utara)

Selasa, 07 Juni 2016

Perbedaan Ekosistem Rawa Gambut dan Air Tawar - AGC Guru Honorer

Postingan kali ini kita akan belajar memahami perbedaan antara eksosistem rawa gambut dengan ekosistem rawa air tawar. Ekosistem rawa gambut pada dasarnya ditumbuhi oleh vegetasi yang spesifik atau memiliki ciri khas. Sama halnya dengan hutan rawa, hutan gambut dengan hutan rawa sering disebut dengan hutan rawa saja. Daerah diantara hutan gambut dan hutan rawa disebut hutan bergambut. Di dalam daerah hutan bergambut terdapat elemen-elemen pembentuk hutan rawa dan hutan gambut.
http://www.asknature.org/
Hutan rawa dan hutan gambut terdapat pada satu daerah dan biasanya hutan gambut merupakan kelanjutan dari hutan rawa. Disamping itu terdapat perbedaan antara hutan gambut dan hutan rawa yaitu: Hutan gambut memiliki lapisan gambut, yaitu lapisan bahan organik yang tebal dan dapat mencapai 1-2 m sedangkan hutan rawa, tebal bahan organiknya lebih tipis yaitu sekitar 0,5 m. Kedua hutan ini selalu hijau dan memiliki tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai jenis namun tidak selengkap hutan hujan. Biasanya didominasi oleh jens dikotil dan ketinggian nya dapat mencapai 30 m terutama di bagian tepi. Semakin ke tengah, vegetasi yang ada pada hutan gambut maka pohonnya akan semakin pendek. Ada saatnya di tengah hutan gambut dimana lapisan gambut dapat mencapai 2 m sering disebut hutan cebol.

Jenis vegetasi hutan gambut biasanya terdiri dari jenis Palmae, Pandanus, Podocarpus dan beberapa wakil dari famili yang terdapat pada hutan hujan seperti famili Dipterocarpaceae. Ph habitat rawa gambut berkisar di angka 3,2 dan bersifat hampir steril sehingga jumlah vegetasi di sana tidak terlalu banyak namun kebanyakan merupakan vegetasi khas. Komposisi vegetasi yang ada pada hutan gambut sangat tergantung pada gambutnya.
Gambut adalah suatu tipe tanah yang dibentuk dari sisa-sisa tumbuhan (akar, batang, dahan, ranting, daun dan lainnya) serta memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi. Permukaan gambut seperti kerak yang berserabut menutupi bagian dalam yang lembab berisikan potongan kayu-kayu besar dan sisa tumbuhan lain.Gambut terbagi dua yaitu Gambut Ombrogen dan Gambut Topogen.
Gambut Ombrogen adalah tipe yang umum dijumpai dan berlokasi di dekat pantai dengan kedalaman solum mencapai 20 m. Air bertipikal sangat asam dan miskin zat hara (oligotropik) terutama kalsium. Permukaan tanahnya lebih tinggi dari permukaan air disekelilingnya dan tumbuhan yang tumbuh pada tanah ini menggunakan zat hara dari tumbuhan itu sendiri, dari gambut dan air hujan. Tidak ada zat hara yang berasal dari sumber lainnya.
Gambut Topogen adalah tipe gambut yang kurang umum dijumpai dan biasanya dibentuk pada lekukan - lekukan tanah. Vegetasi yang ada pada tanah ini mendapatkan zat hara dari  mineral tanah, air sungai, sisa tumbuhan dan air hujan. Gambut Topogen terdapat di pantai-pantai di balik bukit pasir dan daerah pedalaman di mana drainase nya terhambat. Tebal gambut ini biasanya sekitar 4 m dengan air yang bersifat agak asam dan mengandung zat hara cukup banyak (mesotrofik).

Eksosistem Rawa Air Tawar merupakan ekosistem dengan tipe habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH di angka 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap kadangkala naik dan kadang turun bahkan bisa mengering sekalipun. Ekosistem rawa air tawar ini ditumbuhi oleh beragam jenis vegetasi yang disebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada rawa tersebut. Biasanya dalam ekosistem ini tidak terdapat banyak vegetasi.
Di beberapa daerah, rawa air tawar banyak ditumbuhi rumput dan ada pula yang hanya ditumbuhi pandan atau palem yang menonjol. Adapula yang menyerupai kenampakan hutan dataran rendah dengan akar tunggang atau akar napas maupun seperti penupang pohon. Cagar alam Way Kambas di Lampung termasuk dalam jenis ekosistem rawa air tawar. Berbeda dengan hutan rawa gambut, pada hutan rawa air tawar tidak terdapat kandungan gambut yang tebal dan sumber airnya berasal dari air hujan atau air sungai.

Perbedaan Suksesi Primer dan Sekunder - AGC Guru Honorer

Kali saya akan coba berikan penjelasan tentang perbedaan mendasar antara suksesi primer dengan suksesi sekunder. Tapi sebelum masuk ke perbedaan diantara kedua suksesi tersebut, saya jelaskan dulu tentang definisi suksesi. Suksesi adalah suatu proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai dampak dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan hal tersebut memerlukan waktu.
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut sebagai klimaks. Dalam level ini, komunitas sudah mengalami homoestasis. Menurut konsep mutakhir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya. Baca juga: Jenis Lingkungan Hidup
http://projectshare.esc4.net/
1. Suksesi Primer
Jika ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan di tempat tersebut tidak ada lagi yang tersisa dan akhirnya menjadi habitat baru. Gangguan itu dapat terjadi karena faktor alam seperti erupsi, longsor atau karena tindakan manusia seperti pembukaan tambang dan pembalakan. Habitat tersebut secara perlahan searah namun pasti akan berkembang suatu komunitas dalam waktu tertentu yang lama akan mencapai suatu klimaks. Proses ini disebut dengan suksesi primer.
Batu-batuan yang pada ekosistem yang rusak total dimaksud karena pengaruh iklim yaitu pada siang hari akan kepanasan dan kering, pada malam hari atau saat hujan akan kedinginan atau basah terkena air hujan atau embun maka akan terjadi pelapukan (Baca Juga: Animasi Proses Pelapukan). Debu-debu atau pelapukan dari batu-batuan tersebut terdapat lapisan bahan organik yang dapat ditumbuhi oleh tetumbuhan sederhana seperti lumut kerak atau alga yang disebut juga sebagai tumbuhan pionie. Dengan kehadiran tumbuhan pioner tadi dan pengaruh iklim pelapukan terus terjadi dan semakin banyak, begitu pula bahan organik akan semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi oleh organisme yang lebih tinggi tingkatannya seperti Spyrogira. Proses ini akan memerlukan waktu sekitar 20-25 tahun. Semakin lama bahan organiknya semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi oleh tanaman setahun seperti herba. Dalam waktu sekitar satu abad habitat tersebut akan dapat ditumbuhi oleh tanaman tahunan dan dapat mencapai klimaks. Jika berlangsungnya suksesi ini dipengaruhi oleh iklim tersebut disebut dengan klimaks-klimatik dan jika dipengaruhi habitat disebut dengan klimaks-edaphik.

2. Suksesi Sekuder
Prosesnnya hampir sama dengan suksesi primer namun letak perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal dari habitatnya. Ekosistem tersebut mengalami gangguan namun tidak total dan masih menyisakan komunitas tertentu. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran, kebanjiran ataupun oleh tangan manusia.Contohnya seperti tegalan-tegalan, padang ilalang, semak belukar bekas tambang atau kebun yang ditinggal pemiliknya. Baca juga: Teknik Pertanian Berkelanjutan