Jumat, 20 Mei 2016

Klasifikasi Sistem Kristal Mineral - AGC Guru Honorer

Mempelajari sistem kristal mineral memang lumayan menantang. Nah, ini materi tentunya sangat menarik bagi yang cinta geologi atau akan mengikuti OSN Geologi karena materi kristal batuan selalu ada. Saya sendiri sejujurnya agak rumit ketika memberikan penjelasan mengenai sistem kristal mineral kepada anak-anak karena basic saya yang guru geografi bukan ahli geologi.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang mendasar dan beberapa sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya bergantung pada komposisi tetapi juga susunan ruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral. Daya ikat atom dari zat pada kristal adalah bersifat listrik dari dalam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari  mineral itu sendiri. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal dan koefisien ekspansi termal berkaitan dengan daya ikat kristal. Secara umum, ikatan kuat memiliki koefisien lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat terbagi atas 4 macam yaitu: ionik,kovalen,logam dan van der waals.
Isometrik
Sistem Kristal
Sampai saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal dalam kristalografi. Dasar dari penggolongan sistem kristal tersebut ada 3 macam yaitu:
- jumlah sumbu kristal
- letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
- parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal
Ketujuh sistem kristal tersebut dapat dilihat dibawah ini
Tetragonal
1. Sistem Isometrik
Sistem ini sering disebut juga sistem reguler atau sering juga disebut sistem kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu sama lain. Masing-masing sumbu sama panjangnya.
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan isometrik, sistem ini memiliki 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b memiliki satuan panjang yang sama sedangkan sumbu c berlainan dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
3. Sistem Rombik
Rombik
Sistem ini seringkali disebut juga ortorombik dan memiliki 3 sumbu kristal saling tegak lurus satu sama lain. Ketiga sumbu kristal tersebut memiliki panjang yang berbeda-beda.
4. Sistem Heksagonal
Sistem ini memiliki empat sumbu kristal dimana sumbu c tegak lurus terhadap tiga sumbu lainnya. Sumbu a, b dan d masing-masing saling membentuk sudut 120 derajat satu sama lain. Sumbu a, b dan b memiliki panjang yang sama sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
5. Sistem Trigonal
Heksagonal
Beberapa ahli memasukan sistem ini ke dalam sistem heksagonal. Perbedaannya adalah bila trigonal setelah terbentuk bidang dasar yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya memiliki satu sumbu yang miring dari 3 sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, b tegak lurus terhadap c tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut memiliki panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.
7. Sistem Triklin
Monoklin
Sistem ini memiliki tiga sumbu yang satu sama lain tidak saling tegak lurus, begitupun dengan panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Trigonal
Triklin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar